Wednesday, December 18, 2013

Tiap Senja

 Sunset from My Rooftop

Jakarta, 2010.
Hujan kala senja mempertemukan dua manusia. derasnya hujan yang membasahi bumi yang gersang seolah membantu menyejukan hati yang telah panas. Kirana menatap dalam seorang lelaki berambut sedikit gondrong di sebelahnya.Adiyo, namanya.

Kirana, sang melankolis sejati pecinta hujan bertemu Adiyo, sang sanguinis tulen dan personil band rock. mereka bertemu kala senja menyapa. Saling berukar cerita dan berusaha menyatukan perasaan satu sama lain.

"Rokok?" tanya lelaki itu menawarkan sebungkus rokoknya yang masih utuh.
"Nggak" tolak Kirana.
"Hujan terlalu deras untuk di terobos, mau duduk sambil minum kopi hangat di sana?" tanya Adiyo sambil mengisap dalam-dalam rokoknya yang hampir habis dan menginjaknya sepenuh hati.

sore itu waktu berjalan begitu cepat, hingga akhirnya sang senja tenggelam di ujung jingga dan menggantikan gelap bulan menemani perbincangan dua manusia dengan dua dunia berbeda.

"Nice to meet you! see you around" ucap Kirana malam itu sebelum ia benar-benar meninggalkan Adiyo sendirian dengan sepeda motor tuanya di ujung pintu rumahnya.
"Nice to meet you too" balas Adiyo sambil terus menatap punggung Kirana dan menghilang dibalik pintu.
 ***
Jakarta, 2011.

Sekali lagi senja mempertemukan mereka. dua manusai dengan dua dunia berbeda. duduk bersebelahan di atas sebuah jeep menatap padang rumput savana sambil bertukar cerita.
"kamu tau kenapa kita duduk di sini?" tanya Kirana.
"karena senja?" Adiyo berusaha menebak dengan penuh keraguan.
"Karena kita berbeda" jawab Kirana

mereka tertawa, kembali merajut asam dan menyulam mimpi yang tersisa menatap indahnya senja di temani cakrawala.
bagaimana bisa waktu berjalan begitu cepat, seolah semesta tertawa menatap dua manusia yang sedang jatuh cinta.

***
Jakarta, 2012.

Senja yang menguning telah berubah menjadi kelabu. awan jingga telah berganti gelap. bulan menggantikan posisi matahari. begitulah langit, tetap setenang biasanya tapi segala angin berkecambuk di bumi.
"Sampai disini saja" ucap Kirana ketika mobil jeep yang dikemudikan Adiyo hendak mengantarnya pulang.
"Kenapa?" tanya Adiyo heran. sudah beberapa hari ini Kirana yang dicintainya dengan segala perbedaan yang mereka miliki telah berubah. ya, seolah tiada lagi asa, tiadalagi mimpi yang tersisa.
 "Mulai besok, kamu nggak usah jemput lagi" pesan Kirana sebelum turun meninggalkan jeep yang telah membawanya berkeliling jakarta dan banyak tempat lainnya memburu senja bersama Adiyo.
Adiyo menatap Kirana sampai bayangannya hilang. dikejauhan ia memutarbalikan kemudi dan menancapkan gas sekeras ia bisa dan pergi!

"Terimakasih untuk semua senja, kita terlalu berbeda" tulis Kirana di SMS.
langgit yang cerah seolah runtuh di kepala Adiyo. nyaris saja handphone yang ia pegang jatuh ke pelukan tong sampah sepeti segala mimpi yang telah mereka rajut besama.

***
Jakarta, 2013.

Senja kali ini mempertemukan dua manusia yang dahulu sempat merajut asa bersama, membangun segala mimpi yang tercipta dengan situasi yang berbeda.
Kirana duduk dengan hikmat lengkap dengan sebuah kebaya putih dan rangkaian bunga melati menghiasi sanggul dikepala.
disebelahnya duduk seorang lelaki agah dengan jas puih menjabat tangan seorang lelaki paruh baya yang mereka sebut sebagai penghulu.
upacara sederhana tentang janji sepasang manusia untuk hidup bersama, merajut asa dan membangun mimpi hingga jadi nyata.

tidak jauh dari sana, sorang lelaki yang dulu berambut gondong sedikit beranakan kini tegah duduk dengan tenang diantara hadirin. jantungnya sempat berdegup lebih cepat ketika dilihatnya kembali bidadari yang pernah mengisi setiap sudut imajenasinya dan ruang di hatinya. tapi bukankan seorang pemimpipun harus realistis? gadis itu bukan lagi untuknya. kisah iu bukan bercerita tentangnya. sebuah buku kenangan telah tertutup dan dengan ketegaran ia berusaha membuka sebuah buku baru.

"Semoga tahun depan kita bisa nyusul ya" bisik Carissa pada Adiyo. tanggan mereka saling menggengam dan menguatkan.

"I hope so" ucap Adiyo tersenyum.

  • Bilakah kau menepi di labuhku?
    Bilakah kau menjauh?
    Membentang kau jelas di sana, namun tak teraih
    Kau tak datang pun tak pergi

    Riak-riak berlabuh di pantaiku
    Darahku kian menderu
    Sadari tak jelas disana, apakah karenamu?
    Kau tak nyata pun tak semu

    Tidakkah cinta berkuasa?
    Tak mestinya luka menghentikan langkah
    Bila saatnya, hadapilah!
    (Tiap senja by Float)


***

Photo taken and edited by Shinta Buana (sunset from my rooftop)
Inspiration : Tiap Senja by Float

3 comments:

  1. Sintaaaaaa ajarinn nuliss..huhuhuhu

    ReplyDelete
  2. kakaa shintaaa tulisannya makin bagusss dehh..
    congrats yaaa :*

    ReplyDelete
  3. @ thia mardiana : sini kerumah tet, baca buku-buku gue sambil duduk di balkon kamar gue, ntar nemu deh inspirasinya ;p

    @Lucky : makasiihh kaka lucky :* feed back dong kurangnya apa :D me need advise :D

    ReplyDelete