semilir angin menghembuskan luka. Kita menelusuri jalan sore
itu, menatap senja diantara tangisan gerimis. Kau memeluku erat sambil berucap “maafkan
aku” lirih suaramu membuyarkan segala amarah.
Aku membalas pelukanmu, seolah waktu akan berputar lebih cepat
dan enggan jarak memisahkan kita. Aku lelaki, tak mungkin terlihat lemah
olehmu. Aku pria yang akan selalu melindungimu, bagaimana terlihat begitu rapuh
atas kepergianmu? Tapi semesta telah berkonspirasi. Hujan di bulan desember
kala itu mewakili segala kepingan air mataku.
Senja berlalu, geremis akan berubah mejadi pelangi. Seperti sebuah
elegi. “Pada saatnya nanti kau akan
tersenyum memandangi hari ini” begitu pesanmu kala itu.
diikut sertakan pada #F2in1
damn..! i love your words, all of your words..
ReplyDelete@ Lucky : hhahaha, terkesan mellow yah tulisan ini. at the time gue lagi mellow banget :p terbawa suasana~
ReplyDelete