“Sammer, bangun nak” Ibu yang baru saja membuka gordyn biru yang menutupi sebuah jendela besar di kamar Sammer membelai putri sematawayangnya penuh kasih. Sammer namanya, diambil dari bahasa inggris ‘Summer’ yang artinya musim panas. Harapannya ketika Tuhan meniupkan nafas pada putri kecilnya adalah agar hidupnya kelak seindah musim panas.
Tapi hidup selalu memiliki cara
untuk memberi warna, semenjak ayahnya meninggal setahun yang lalu saat musim
panas, Sammer hampir mengurung diri di
dalam kamarnya. Kembali khusyuk dengan berbagai buku bacaannya dan mencintai
hujan. Baginya, hujan memberikan kesejukan dan menghilangkan rasa haus akan
kenangan tentang ayahnya.
“Bu, Sammer nggak masuk sekolah
ya. Diluar terlalu panas” ucapnya ketika melihat langit biru menghiasi jendela
besar di hadapannya.
Ibu tertawa “kamukan bukan
Vampire, kenapa haru takut matahari sih”
Dengan enggan Sammer berjalan
menuju halte dekat rumahnya, untuk sampai ke sekolahnya ia harus menumpang
sebuah bus yang setiap hari berlalulalang di sana. Cuaca cerah yang tadi pagi
sempat membuat Sammer kesal akhirnya berubah menjadi mendung. Langgit biru
berubah menjadi awan mendung dan angin. Meskipun Sammer menyukai hujan, bukan
berarti ia berharap kehujanan untuk sampai kesekolah.
Sesuai dugaannya, hujan yang
semula gerimis berubah menjadi butiran yang lebih deras. Lebih deras sampai
akhirnya sangat deras. Sammer duduk menepi agar tidak kehujanan. Motor-motor
yang semula mengabaikan kini ikut menepi dan melindungi diri dari serangan
hujan.
“Sam” sebuah suara yang familiar
sampai ke telinga Sammer
“Ibu?” Sammer menoleh ke Sumber
suara.
Ibu tengah melambaikan tanggan
sambil membawa sebuah payung pink milik Sammer tidak jaug dari halte. Dengan sigap
Sammer berlari menerobos hujan menghampiri Ibunya.
“Kok Ibu kesini?” tanya Sammer.
“Mari kita menari tarian hujan!”
ucap Ibu bersemangat.
“Maksudnya?” tanya Sammer tidak
mengerti.
“Ibu kira, musim yang terbaik
adalah musim panas. Makanya Ibu kasih nama kamu Sammer. Peuh keceriaan dan
warna. Ibu benci hujan yang melankolis dan dingin. Tapi, hari ini ibu sadar,
nggak semua yang berwarna abu-abu itu suram seperti awan mendung. Selalu ada
pelangi sehabis hujan reda. Jadi, mari kita tarikan tarian hujan agar hujan
reda dan pelangi muncul!” jelas Ibu sambil tersenyum dan mulai memutar-mutar
payungnya yang bermotif pelangi sehingga tampak seperti busaran warna. Indah.
Sammer terperangah dan mengikuti
mearikan tarian hujan.
No comments:
Post a Comment