Saturday, February 1, 2014

Review : film 12 menit

Jadi ceitanya setelah berpenasaran beberapa bulan terakhir, akhirnya film 12 menit untuk selamanya tayang juga!! Walauoun novelnya belum di baca sampe abis.

Sebagai mantan anak marching band yang pernah punya mimpi ikut GPMB guepun tergugah dan penasaran abis gimana cerita marching band bontang bisa sukses di gpmb. Fyi, pelatih gue sangat terinspirasi dan sering cerita ttg marching band yang berpusat di kota bontang kalimantan timur ini. Selain latarnya di kalimantan juga sih, gue semakin penasaran pingin liat kayak apa sih pulau yang wajib gue datengin sebelum gue mati.

Ceritanya berawal dari sebuak kelompok marching band yang di latih oleh rene (titi rajo bintang) yang bercita-cita ikut dalam kompetisi gpmb. Dalam perjalanan menuju cita-cita itudiperlukan komitmen, semangat dan daya juang yang tinggi. Mulai dari seleksi pemain sampai ratusab jam latihan. Dalam kelompok inti teraebut terjadi dinanika kehidupan masing2. Mulai dari tokoh erine, fild com yang memiliki ayah yang melarangnya ikut marching band dengan alasan marching band tidak bisa bikin kaya. Tara, pemain senar drum yang memiliki bakat pululan fantastis tapi keterbatasab pendengaran akibat kecelakaan dan mengalami depresi yang berat karena harus belajar memukul dan mendengar nada dari nor. Dan lahang, seorang pemain snare drum yang masih keturunan dayak asli dan tengah galau akubat penyakit ayahnya yang tak kunjung sembuh. 

Metode latihan rene yang cukup keras membuat ketoga tokoh anak didilnuabitu sempat menciut dan memilih berhenti dari band. Erine yang tidak mendapatvrestu ayahnya. Tara yang menyerah pad keterbatasannya dan lahang yang merasa berkewajiban untuk menemani ayahnya yang sakit. Sampai pada menit-menit terakhir latihan intense akhirnya marching band bontang dapat ikut serta dalam gpmb di senayan.

Menurut gue, ini adalah film yang keren banget. Wajib di tonton! Bukan karena gue mantan anak marching band, tapi lebih ke... Ini film ttg motivasi, tentang bagaimana komitmen dengan sebuah goal, bagaimana menghadapi segala ketakutan yang abstarak. Kita punya pilihan untuk nyerah atau tetep lanjut sampai goal itu terwujud apapun hasil akhirnya. Dan yang nggak gue ngga ngerti kenapa film sekeren ini malah dikit yang nonton.

Buat yang pernah jadi anggota marching band, film ini bisa jadi salahsatu pengobat kangen. Mungkin apa yang di alami di film ini pasti pernah di alamin di semua unit. Bongkar pasang pemain, diomelin pelatih, latihan display dan nada, deg-degan waktu lomba sampe down waktu liat unit lain lebih keren.

Dan satu hal lagi, hari ini gue baru ngerti perasaan pelatih gue kalau ada anggota yang keluar waktu deket-deket lomba atau anggotanya nggak dateng pa latihan. 

Oiya, satu lagi. Gara2 marching band gue jadi orang yang lebih toleran, gak egois dan peka nada (yg terakhir itu bohong). Karena di marching band itu ga kayak orang main drum set sendirian. Tapi gimana pemain bass drum harus menyatukan nada dg pemain snare drum, cymbal dan kuarto. Dengan karakter, skill  bermain sampe mood yang beda2 tapi harus tetep selaras. Kebayang kan kalo siang2 lagi belajar display terus satu orang salah ketuk. Bisa di omelin bareng2 dan ngulang dari awal. Jadi kebayang kan gimana toleransinya gimana belajar kompaknya? Hahaha

No comments:

Post a Comment